Karya Tulis Ilmia
Rabu, 16 Juli 2008
PENGGEMUKAN SAPI AUSTRALIA UNTUK PETERNAK DI SEKITAR PERUSAHAAN DENGAN POLA INTI PLASMA PADA PERUSAHAAN KADILA LESTARI JAYA CIJAPATI BANDUNG
LAPORAN TUGAS AKHIR
OLEH
MARHEN HARJONO
BP. 05014009
PROGRAM STUDY PETERNAKAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
2008PENGGEMUKAN SAPI AUSTRALIA UNTUK PETERNAK DI SEKITAR PERUSAHAAN DENGAN POLA INTI PLASMA PADA PERUASAHAAN KADILA LESTARI JAYA CIJAPATI BANDUNG
LAPORAN TUGAS AKHIR
OLEH
MARHEN HARJONO
BP.05014009
Menyetujui
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
Budidaya Tanaman Pangan
Ir. Khazy Anty. M.Si Ir. Nelzi Fati.MP
NIP. 131 709 393 BP.132 061 905
Direktur Politeknik Pertanian
Universitas Andalas
Ir. Benny Warman, R. MP
NIP. 131 690 545
Laporan tugas akhir ini telah diuji dan dipertahankan didepan tim penguji pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) pada program studi peternakan jurusan budidaya tanaman politeknik pertanian universitas andalas, yang dilaksanakan di tanjung pati
Tim penguji
No
Nama
Jabatan
Tanda tangan
Kupersembahankan karyaku
sebagai baktiku yang tulus dan ikhlas buat kedua oarangtuaku (…………) dan ibu (………….)yang tercinta wujud ungkapan terimakasih yang tiada tara atas segala pengorbanan, kasih dan dukungannya
Buat tiap-tiap doa ayah dan ibu untukku
Buat saudara-saudaraku dan teman-teman seperjuangan
Dan buat sang khalik yang telah memberikan kekuatan fikria, ruhiya dan jasadiya sehingga dapat melewati jenjang kehidupan ini
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulilla kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena atas berkat rahmat, nikmat, dan kesempatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Pengalaman Mahasiswa ( PKPM) yang dilaksanakan pada tanggal 5 April-5 Juni 2008 di peternakan sapi potong PT. Kadila Lestari Jaya Cijapati Bandung dan dipeternakan Villa Domba Soreang Jabar, dengan penulisan tugas akhir yang berjudul ” Penggemukan Sapi Australia Untuk Peternak Di Sekitar Perusahaan Dengan Pola Inti Plasma Pada Perusahaan Kadila Lestari Jaya Cijapati Bandung” dapat terselesaikan dengan tepat pada waktunya.
Penulisan laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penilain Pratek Kerja Lapangan pada Program Studi Peternakan Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Universitas Andalas. Kegiatan PKPM ini merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi setiap Mahasiswa dalam rangka peningkatan dan pengembangan wawasan serta pengalaman dibidangnya sendiri (Peternakan)
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yaitu ayah dan ibu serta keluargaku yang tercinta adek dan kakak yang selalu bemberikan dorongan moril dan materituil kepada Ananda, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini, dan tidak lupa pula penulis mengucapakan terimakasih kepada seluruh pihak yang ikut membantu pembuatan tugas akhir
Secara khusus penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Ibu Ir. Nelzi Fati, MP selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukkan dan petunjuk kepada penulis selama masa perkulihan sampai sekarang.
Ibu Drh.Prima Silvia Noor, M.Si selaku Ketua Program Study Peternakan.
Bapak Ir.khazy anty, M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan.
Bapak Ir.Benny Warman.RM. MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Universitas Andalas.
Bapak Abah Joni pemilik perusahaan Kadila Lestari Jaya Bandung, yang telah memberikan tempat kepada Penulis untuk mencari pengalaman dalam PKPM.
Mas Sutrisno yang sempat memberikan judul tugas akhir serta banyak memberikan berbagai data dan pengalaman kepada Penulis.
Semua rekan-rekan anak kandang dalam PKPM yang banyak memberikan nasehat dan arahan.
Kepada teman-teman satu tempat magang yang beranggapan kami adalah saudara kandung yaitu Armi Gapuk, Wahyu dan Mr. Kolmet Rahmat
Dan terkhusus kepada Saudari Reka Noprianti dan Mastina Rafida yang banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Juga yang tak lupa pula teman-teman satu perjuangan baik itu dikampus ataupun diluar kampus, semoga kami semua menjadi orang yang sukses didunia dan akherat, amin
Semoga segala amal dan kebajikan yng telah diperoleh Penulis selama pada bangku perkuliahan menjadi berkah dan ilmu dikemudian hari dan terlebih kepada masyarakat. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, maka dari hal itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sipatnya untuk membangun bagi penulis untuk berikutnya.
Akhirnya dengan segala keendahan hati penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Tanjung Pati. Juli 2008
Marhen Harjono
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. vii
BAB. 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................ 1
1.2. Tujuan dan Manfaat......................................................................... 4
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Peternakan Sapi Indonesia................................................... 6
2.2. Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong.............................................. 11
2.2.1. Penentuan Lokasi dan Pemilihan Tipe Kandang ........................ 11
2.2.2. Pemilihan Bakalan Untuk Digemukkan...................................... 16
2.2.3. Pakan....................................................................................... 18
2.3. Penggemukan Dengan Pola Inti Plasma............................................ 19
2.3.1. Organisasi dan Pola Kerja Inti Plasma....................................... 19
2.3.2. Fasilitas Kandang Dalam Penggemukan..................................... 21
2.3.3. Seleksi Sapi Bakalan................................................................ 22
2.3.4. Kebutuhan Air.......................................................................... 24
2.3.5. Jumlah Kebutuhan Dan Zat Makanan ....................................... 25
BAB. III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu Dan Tempat......................................................................... 26
3.2. Alat Dan Bahan .............................................................................. 26
3.3. Metode........................................................................................... 26
3.3.1. Pengumpulan Data Primer........................................................ 27
3.3.2. Pengumpulan Data Sekunder................................................... 27
3.4. Parameter........................................................................................ 29
BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil................................................................................................ 30
4.2. Pembahasan.................................................................................... 32
4.2.1. Analisa Pembahasan Pertambahan Berat Badan Sapi................ 32
4.2.2. Analisa Finansial Pendapatan Plasma........................................ 33
4.2.3. Analisa Konversi Ransum........................................................ 36
BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan..................................................................................... 40
5.2. Saran.............................................................................................. 40
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Lokasi Penggemukan yang Sesuai Untuk Beberapa Jenis Bakalan................... 13
2. Berat Badan Sapi Brahman Cross,ADG dan Konsumsi.................................. 30
3. Pertambahan Berat Badan Untuk penggemukkan inti perusahan...................... 31
4. Data Harga Pakan, Harga Beli Pakan, Harga Panen Dan Lama
Pemeliharaan................................................................................................. 38
5. Analisa Pendapatan Plasma............................................................................ 38
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Contoh Kandang Koloni Dalam Penggemukkan............................................. 14
2. Contoh Kandang Penggemukan Sistem Individu............................................. 15
3. Stuktur Organisasi Penggemkan Plasma......................................................... 21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. lokasi penggemukan sapi plasma..................................................................... 41
2. foto kegiatan PKP.......................................................................................... 42
I. PENDAHULUAN.
1.1. Latar Belakang
Usaha penggemukan sapi potong akhir-akhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat maupun daerahh mengusahakan penggemukan sapi. Pada awalnya usaha penggemukan sapi hanya dilakukan oleh peternak dibeberapa daerahh tentu saja di Jawa seperti Bandung, Magetan, Wonogiri, dan Jember. Dewasa ini usaha penggemukan sapi sudah menyebar ke beberapa Daerahh di luar Jawa seperti Lampung, Sulawesi Selatan dan Aceh, namun demikian dengan perkembangan tersebut belum juga bisa untuk memenuhi kebutuhan akan permintaan daging sapi di Indonesia.
Menurut statistik peternakan, permintaan daging selama periode tahun 1988-1993 meningkat. Angka peningkatan ini rata-rata 7,9% pertahun, sedangkan kemampuan produksi daging dalam negeri untuk memenuhi permintaan daging tersebut dibutuhkan 89,6% pertahun. Kekurangan produksi daging dalam negeri untuk memenuhi permintaan tersebut, dipenuhi dengan jalan mengimpor sapi bakalan dari luar negeri seperti dari Australia. Sejak dibukanya peluang impor sapi bakalan secara terbatas pada tahun 1990-an menurut Abidin (2002) data menunjukkan jumlah impor sapi bakalan dari luar negeri terus meningkat dari 78.000 ekor pada tahun 1994 menjadi 349.000 ekor pada tahun 1997. Badai krisis ekonomi menyebebkan angka impor sapi bakalan menurun sampai 49.000 ekor pada tahun 1998. Tahun 2000 lalu kembali naik menjadi 296.000 ekor
Dalam mengatasi krisis seperti di atas maka diambil kebijaksanaan untuk dipelihara sapi impor tersebut didalam negeri. Pemeliharaan sapi bakalan ini dapat secara perseorangan maupun secara perusahaan dalam skala usaha besar, pemeliharaan secara kelompok dalam kandang yang berkelompok atau dengan pemeliharaan dengan sistem Pola Inti Plasma (Turnour,1996). Namun pemerintah Indonesia menghendaki agar para petani kecil diikut sertakan dalam usaha yang menguntungkan ini, akan tetapi para petani kecil tidak memiliki pengetahuan atau pun modal untuk pemasukan sapi potong dari luar negeri seperti dari Australia.
Untuk memungkinkan para petani ikut serta dalam dalam usaha penggemukan sapi diciptakan suatu pola usaha tani - Plasma Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Ini adalah suatu bentuk kemitraan dan upaya pemberdayaan petani peternak. Dalam pola ini, perusahaaan Inti menyerahkan 10% dari jumlah sapi yang diimpornya kepada para petani lokal ( petani Plasma) untuk mereka gemukkan (Rainmanac, 1996)
Plasma bertanggung jawab kepada perusahaan Inti mengenai pengembalian modal yang telah dikeluarkan oleh perusahaan Inti. Yang terpenting adalah bahwa para petani kecil hendaknya mengurus dan melaksanakan usahanya secara tepat guna, sehingga mereka dapat mencapai rata-rata petambahan berat badan per-hari (ADG) yang sama dengan apa yang dapat dicapai oleh perusahaan Inti.
Apabila pola ini dilaksanakan, maka faktor yang paling penting diperhatikan adalah adanya hubungan yang erat antara para pengelola perusahaan Inti dengan para petani Plasma. Menurut Direktur Jenderal Petenakan (Ir.Erwin Soetirto,1996) adapun keuntungan penggemukan sapi Pola Inti Plasma ini disamping memenuhi daging yang sebanyak mungkin dalam negeri adalah :
Terciptanya iklim usaha yang mendorong pengembangan peternakan rakyat.
Terjalinnya hubungan yang serasi antara perusahaan Inti dan peternakan rakyat dan
Meningkatkan kesempatan berusaha dan substitusi impor melalui kelembagaan Inti Plasma sapi potong.
PT. Kadila Lestari Jaya (KLJ) merupakan salah satu peternakan yang bergerak dalam bidang penggemukan (Fatterning), pengembangbiakan (Breeding) maupun pengolahan daging serta pengolahan limbah yang terkenal di Indonesia dikelola secara intensif dan efisein. Disamping telah mengembangkan usahanya dengan berbagai bidang PT. Kadila lestari ini telah berhasil memberantas pengangguran di daerah setempat dimana telah menyerap tenaga kerja sebanyak 400 tenaga kerja dan menciptakan lapangan usaha dengan memberikan ternak sapi pada masyarakat sekitar untuk digemukkan
PT. Kadila Lestari Jaya ini juga telah merobah suatu sistem mata pencaharian desa setempat, dari mata pencaharian yang hanya cukup memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari menjadi mata pencaharian yang bisa melebihi kebutuhan sehari-hari yaitu penggemukkan sapi dengan Pola Inti Plasma. Sekarang ini telah terbentuk 35 kelompok Plasma dengan Jumlah sapi sebanyak 415 ekor pada satu desa. Melalui latar belakang yang menarik inilah penulis memutuskan untuk mengambil tugas akhir perkuliahan dengan judul ”Penggemukan Sapi Australia Untuk Peternak Di Sekitar Perusahaan Dengan Pola Inti Plasma Pada Perusahaan Kadila Lestari Jaya Cijapati Bandung”.
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
Tujuan umum
Adapun tujuan dari kegiatan PKPM ini adalah :
1. Dapat menambah wawasan yang lebih global tentang dunia peternakan khususnya sapi potong .
2. Dapat mengetahui seluk-beluk tentang manajemen yang harus dilaksanakan dalam pemeliharaan sapi potong.
3. Untuk membandingkan antara ilmu yang dimiliki di bangku perkuliahan dengan perusahaan sapi potong yang sebenarnya.
4. Dapat memberikan motivasi yang lebih tinggi sebagai calon pengusaha khususnya pada sapi potong.
5. Memberikan masukkan yang bermanfaat bagi perusahaan
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari kegiatan PKPM ini adalah :
1. Untuk mengetahui sedalam-dalamnya bagaimana pemeliharaan sapi potong yang dilaksanakan pada perusahaan sapi potong PT. Kadila Lestari Jaya
2. Untuk mengetahui hal-hal yang lain diluar pemeliharaan sapi potong seperti pengolahan limbah, pengolahan daging menjadi aneka ragam bahan makanan, cara mengatur dan mengelola sebuah organisasi yang rapi dan lain-lain, walaupun mendapatkannya secara tidak langsung
3. Untuk mengetahui bagai mana cara menciptakan usaha penggemukan dengan pola Pola Inti Plasma
1.2.2. Manfaat
Manfaat dari Praktek Kerja Pengalaman Mahasiswa ini adalah untuk memperoleh dan menambah wawasan serta ilmu pengetahuan yang tidak didapati dibangku kuliah, sehingga dengan berakhirnya Praktek Kerja Pengalaman Mahasiswa ini mampu mendirikan atau minimal kerja disuatu perusahaan khususnya dibidang peternakan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Peternakan Sapi Di Indonesia
Sejarah pemeliharaan sapi dan perkembangan populasinya di Indonesia terutama sapi potong, mengalami pasang surut yang fluktuatif. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai kebijaksanaan pemerintah dan kondisi perekonomian masyarakat secara global. Sejak zaman kolonial Belanda, terutama sejak didirikan pabrik-pabrik gula (1830-1835), telah dilakukan pemeliharaan sapi yang tujuan utamanya adalah sebagai sumber tenaga kerja dalam menggarap lahan pertanian dan penarik kendaraan pengangkut tebu.
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) tidak ada kebijakan yang mencolok terhadap upaya pembinaan usaha peternakan dari pemerintah. Pada masa itu justru terjadi penurunan populasi sapi akibat eksploitasi sumber pangan oleh bangsa jepang untuk keperluan perang.
Sejak awal kemerdekaan, mulai dicanangkan usaha pembangunan, termasuk peternakan yang menetapkan prioritas peningkatan populasi ternak dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan. Pada zaman Orde Lama tercatat dimulainya suatu slogan ”empat sehat lima sempurna” . Namun karena situasi politik dan kondisi perekonomian negara yang tidak memungkinkan, hampir seluruh rencana yang dibuat oleh Kasimo (1947) dan Pembangunan Nasional Berencana (1961-1969) tersebut tidak dapat dilaksanakan.
Setelah Orde Baru lahir menggantikan Orde Lama, ditata kembali dasar-dasar pembangunan nasional yang dilakukan secara bertahap. Pada masa ini, secara umum populasi sapi potong mengalami peningkatan yang cukup signitipkan. Pada tahun 1967 populasi sapi potong mencapai 6.447 juta ekor, meningkat menjadi 11.367 juta ekor pada tahun 1991, dan pada tahun 1997 menjadi 12.557 juta ekor. Laju peningkatan populasi tertinggi terjadi pada tahun 1997-1983, yaitu sebesar 9,62 %. Meskipun laju peningkatan populasi sudah sedemikian tinggi, permintaan dalam negeri ternyata tidak mampu terpenuhi. Padahal, sampai tahun 1978, Indonesia masih menjadi salah satu negara pengekspor daging sapi potong.
Sejak dibukanya peluang impor sapi bakalan secara terbatas pada tahun 1990 an, data menunjukkan bahwa jumlah impor sapi bakalan dari luar negeri terus meningkat, dari 78.000 ekor pada tahun 1994 menjadi 349.000 ekor pada tahun 1997. Badai krisis ekonomi menyebabkan angka impor sapi bakalan anjlok sampai 49.000 ekor pada tahun 1998. Tahun 2000 lalu, kembali naik menjadi 296.000 ekor. Populasi sapi potong pada tahun 1997 sebanyak 12.557 juta ekor, menyusut menjadi 9.826 juta ekor tahun 1999.
Bangsa-Bangsa Sapi Potong yang Digemukkan Di Indonesia
Ada berbagai jenis bangsa sapi potong yang dikembangbiakkan di Indonesia, bangsa-bangsa tersebut adalah :
1. Sapi Ongole
Sapi Ongole adalah sapi keturunan sapi liar Bos Indicus yang berhasil dijinakan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Sumba Ongole (SO) dan sapi Peranakan Ongole (PO).
Sumba Ongole adalah keturunan murni sapi Nellore dari India yang didatangkan tahun 1914. Sapi ini dikembangkan secara murni di Pulau Sumba dan merupakan sumber indukan sebagian besar Ongole di dalam negeri.
Persilangan antara Sumba Ongole dengan sapi setempat di jawa menghasilkan anakan yang mirip sapi Ongole sehingga sapi ini disebut dengan sapi Peranakan Ongole.
Ciri khas sapi Ongole adalah berbadan besar, berpunuk besar, bergelambir longgar, dan berleher pendek. Kepala, leher, gelambir, dan lutut berwarna hitam, terutama sapi jantan. Kulit berwarna kuning dengan bulu putih atau kehitam-hitaman. Kulit di sekeliling mata, bulu mata, moncong, kuku, dan bulu cambuk pada ujung ekor berwarna hitam. Kepala pendek dengan profil melengkung. Mata besar dengan sorot yang tenang. Tanduk pendek dan tanduk pada sapi betina berukuran lebih panjang dibandingkan sapi jantan. Telinga panjang dan menggantung sapi, Ongole akan dewasa kelamin pada umur 24-30 bulan.
Sapi Ongole tergolong lambat dewasa. Jenis sapi ini akan mencapai dewasa pada umur 4-5 tahun. Bobot maksimal sapi dewasa 600 kg dan sapi betina dewasa 400 kg. Persentase karkas 45-58% dan perbandingan daging serta tulang 4,25 :1.
2. Charolais.
Jenis sapi ini merupakan sapi potong turunan Boss taurus yang dikembangkan di Prancis. Sapi Charolais banyak diambil sperma (semen) bekunya untuk keperluan kawin suntik. Indonesia pernah mendapatkan semen beku dari jenis sapi ini. Salah satu ciri jenis sapi ini yaitu bulu berwarna kuning muda dan putih mulus seperti perak. Bobot badan sapi jantan dewasa dapat mencapai 1.050 kg dan sapi betina dewasa 900 kg (Sarwono, 2005). Adapun pendapat lain yang menyatakan sapi ini dengan ciri-ciri warna tubuhnya krem muda atau keputih-putihan. Postur tubuhnya besar dan padat. Bobot badan jantan dewasa dapat mencapai 1.000 kg sedangkan betina dewasa sekitar 750 kg (Siregar, 2001).
3. Brahman.
Brahman adalah keturunan sapi Zebu atau Boss indiccus yang berkembang pesat di Amerika Serikat yang beriklim tropis. Sapi ini masuk ke AS pada tahun 1849. Di AS, sapi Brahman dikembangkan untuk diseleksi dan ditingkatkan mutu genetiknya. Setelah berhasil, jenis sapi ini diekspor ke berbagai negara. Dari AS, sapi Brahman menyebar ke Australia dan kemudian masuk ke Indonesia pada tahun 1974.
Ciri khas sapi Brahman adalah berpunuk besar dan berkulit longgar, gelambir dibawah leher sampai perut lebar dengan banyak lipatan-lipatan. Telinga panjang menggantung dan berujung runcing. Sapi ini adalah tipe sapi potong terbaik untuk dikembangkan.
Brahman yang berkembang di Australia dan kemudian di ekspor ke Indonesia pada umumnya disebut Brahman Cross (BX). Jenis sapi ini sudah membawa keturunan sapi Eropa. Antara sapi jantan dan betina mempunyai perbedaan persentase genetik yang dikandungnya.
Brahman Cross jantan mempunyai 87,5% keturunan Brahman dan 12,5% merupakan keturunan sapi Eropa. Sapi ini dicirikan dengan bulunya yang tipis dan berwarna putih atau kelabu. Otot tubuh kompak dan berpunuk. Kepala besar dan tidak beratanduk . Paha besar dan kaki panjang, gelambir mulai dari rahang bawah sampai ujung tulang dada depan tidak terlalu berlipat-lipat. Sapi betina Brahman Cross mempunyai 75% keturunan Brahman dan 25% keturunan sapi Eropa. Kepala besar dan dengan telinga yang lebar menggantung. Otot tubuh tidak begitu kompak seperti sapi jantan yang berpunuk. Sifatnya tahan dengan panas dan tahan terhadap gigitan caplak ataupun nyamuk.
Bobot sapi jantan dewasa maksimum dapat mencapai 800 kg, sedangkan sapi betina 550 kg. Dengan pemeliharaan intensif, pertambahan berat badan sapi jantan dan betina Brahman dewasa dapt mencapai 0.83-1,5 kg/hari. Persentase karkas 48,6-54,2%.
4. Sapi Brangus
Brangus merupakan hasil persilangan antara betina Brahman dengan Aberden Angus. Sapi ini dikembangkan di Craig Country, AS. Ciri khas Brangus yaitu bertanduk kecil dan warna bulunya hitam.
Sifat Brahman yang diwarisi Brangus, yaitu adanya punuk, tahan udara panas, tahan gigitan serangga dan mudah menyesuaikan diri dengan pakan yang kurang baik mutunya. Sementara sifat induk jantan (Aberden Angus) yang diwarisi, yaitu produktivitas dagingnya tinggi.
Keunggulan Brangus bila dibandingkan dengan kedua induknya, yaitu mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan yang lebih luas. Keunggulan lainnya adalah mutu dagingnya bagus dan persentase karkasnya tinggi
5. Aberdeen Anggus
Sapi ini merupakan hasil persilangan antara Buchman Humels (Boss taurus) dengan Angus Dedies ( Boss taurus). Jenis sapi ini masuk ke Indonesia dari Selandia Baru pada tahun 1973. Aberden Anggus yang murni bersal dari Scotlandia
Ciri jenis sapi ini yaitu berbulu hitam legam, berukuran agak panjang, kriting, dan halus. Tubuh kekar, padat, rata, panjang dan ototnya kompak seperti balok. Sapi ini tidak bertanduk dan kakinya pendek. Berat sapi jantan dewasa mencapai 900 kg dan betina 700 kg. Persentase karkas sekitar 60%. Mutu daging mencapai sangat baik dan lemak menyebar dengan baik di dalam daging.
2.2. Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong
Dalam pemeliharaan sapi potong kunci utama dalam menentukan keberhasilan adalah tertata rapinya manajemen pemeliharaan, manajemen yang harus kita kuasai dalam mendirikan perusahaan sapi potong adalah sebagai berikut :
2.2.1. Penentuan Lokasi dan Pemilihan Tipe Kandang Penggemukan
Usaha penggemukan sapi potong dengan pemberian pakan tambahan tergolong usaha penggemukan sapi intensif. Sapi terus-menerus berada di kandang tidak digembalakan atau dipekerjakan selama proses penggemukan berlangsung. Untuk itu, penyediaan kandang mutlak di lakukan oleh peternak. Kandang dan perlengkapannya, termasuk pakan dan air minum, harus sudah disiapkan sebelum bakalan sampai.
Sebelum kandang dibangun juga perlu dipertimbangkan adanya tempat pengolahan kotoran, gudang, tempat naik turunnya sapi dari kendaraan pengangkut, tempat pengeringan jerami,serta tempat pengolahan pupuk kandang dan limbah cair, dukungan masyarakat setempat, terutama izin dari kelurahan dan pemda setempat mutlak diperlakukan.
A. Memilih Lokasi yang Sesuai
Pemilihan lokasi kandang yang sesuai di antarnya dengan mempertimbangkan letak yang strategis, kondisi tanah, dan kesesuaian iklim untuk masing-masing jenis.
1. Letak yang Strategis
Peternakan sapi akan ideal jika dibangun tidak jauh dari areal persawahan, perladangan ataupun perkebunan. Lokasi peternakan juga harus memiliki sumber air bersih, baik berupa sumur permukaan ataupun sumur bor. Air ini digunakan sebagai sumber air minum, pembuatan pakan, membantu dalam proses pengomposan, dan pembersihan areal kandang.
Lokasi kandang sebaiknya cukup jauh dari tempat pemukiman agar bau dan limbah peternakan tidak mengganggu penghuni pemukiman, jarak kandang dengan pemukiman minimal 50 m. Apabila jaraknya terlalu dekat maka sebaiknya diberi tembok penghalang atau diberi pagar yang terbuat dari kayu supaya dapat menghalangi angin yang langsung dari kandang menuju pemukiman. Tempat peternakan sebaiknya juga dibangun tidak jauh dari jalan raya untuk memudahkan transportasi. Sarana jalan tersebut bisa dilalui truk atau minimal bisa dilewati oleh sapi sendiri, karena dengan demikian dapat menghemat biaya produksi.
Selain dengan melihat keadaan yang di atas dalam membangun sebuah kandang kita harus juga memperhatikan iklim atau ketinggian yang sesuai. Bangunan kandang di dataran rendah sebaiknya memiliki dinding yang terbuka untuk ventilasi karena suhunya lebih panas dibandingkan di dataran tinggi. Berkaitan dengan hal di atas maka kandang yang di dataran rendah dibangun lebih tinggi dibandingkan dengan kandang yang di dataran tinggi atau di atas pegunungan.
2. Iklim yang Sesuai
Masing-masing jenis sapi hanya cocok digemukkan pada kondisi lingkungan tertentu. Lokasi penggemukan yang sesuai untuk beberapa jenis bakalan sapi umur 2-3 tahun dan dengan berat badan > 290 kg tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Lokasi Penggemukan yang Sesuai Untuk Beberapa Jenis Bakalan
Jenis Bakalan
Suhu (0C) dan ketinggian tempat ( M DPL)
27-34, < 25
24-29, 25-100
<> 100
1. SO/PO/ Brahman
2. Bali/ Madura
3. Simental/ Limousin/Brangus/Angus
Sangat baik
Sangat baik
Baik
Baik
Baik
Sangat baik
Jelek
Jelek
baik
3. Kondisi Tanah
Untuk membangun kandang ternak sapi sebaiknya dipilih lokasi yang berupa lahan terbuka dan tidak tertutup bangunan atau pepohonan. Lokasi kandang dipilih dengan kemiringan relatif landai dan tidak terdapat banyak gundukan atau berlubang-lubang. Lokasi peternakan dengan permukaan yang landai akan menguntungkan karena memilki akses yang memadai terhadap jalan besar sehingga memudahkan keluar masuknya kendaraan yang mengangkut keperluan peternakan.
Lokasi peternakan yang ladai juga memudahkan akses menuju sangai atau saluran drainase untuk pembangunan kelebihan air kolam pengolahan limbah.
B. Memilih Tipe Kandang
Berdasarkan penggunaannya, kandang dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu kandang koloni dan kandang individu.
1. Kandang Koloni
Kandang koloni adalah kandang yang hanya terdiri dari satu bangunan atau ruangan, tetapi digunakan untuk ternak dalam jumlah banyak. Fungsi kandang ini hanya sebagai tempat penampungan sementara (Arianto, 2005). Misalnya untuk menampung bakalan sapi yang baru datang untuk disalurkan ke kandang penggemukan atau mau dikirim ke Rumah Pemotongan Hewan (RPH), pasar hewan atau konsumen yang membutuhkan.
Gambar 1. Contoh Kandang Koloni Dalam Sistem Penggemukan
Sebuah kandang koloni yang berukuran 7 m x 9 m dapat menampung 20-24 ekor sapi. Biasanya sapi tinggal selama sekitar satu minggu di kandang koloni agar mampu beradaptasi dengan lingkungan baru.
Kandang koloni sebagai kandang penampung ini sebaiknya terletak di tempat yang strategis, misalnya di tepi jalan raya. Untuk memudahkan jalannya operasional di kandang koloni maka diusahakan jalan menuju lokasi kandang dalam keadaan landai.
2. Kandang Tunggal/ individu
Kandang tunggal adalah kandang yang hanya terdiri dari satu ruangan atau bangunan dan hanya digunakan untuk memelihara satu ekor ternak saja. Kondisi kandang ini yaitu terbuka di semua sisi.
Gambar 2. Contoh Kandang Individu Pada Penggemukan Sapi
Keuntungan menggunakan kandang tunggal untuk tempat penggemukan adalah ternak mudah jinak, tidak gampang stres, dan cepat pertumbuhannya. Keuntungan tersebut dapat tercapai kalau kondisi kandang memenuhi persyaratan kesehatan dan nyaman untuk kehidupan sapi.
Seperti persyaratan Pada kandang secara umum, kandang penggemukan ini sangat ideal jika dibangun dengan sumber air. Lantai kandang dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah di sekelilingnya dengan kemiringan 4-5 cm. Lantai kandang sebaiknya disemen agar tidak becek, mudah dibersihkan, dan cepat kering ketika disiram dengan air. Di belakang kandang dibuat saluran pembuangan untuk memudahkan pembuangan dan pembersihan kotoran.
2.2.2. Pemilihan Bakalan Untuk Digemukan
Pemilihan bakalan yang baik menjadi langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Salah satu tolok ukur penampilan produksi sapi potong adalah petambahan berat badan harian (ADG). Penampilan produksi tersebut merupakan suatu fungsi dari faktor genetik, faktor lingkungan dan interaksi antara kedua faktor tersebut. Dengan bakalan dari genetik bermutu, peternak tinggal mengontrol keadaan lingkungan, sehingga potensi produksi tetap optimum. Meskipun sangat sulit menentukan baik buruknya mutu genetik, secara umum penampilan fisik sapi bakalan mencerminkan mutu genetiknya.
Sapi bakalan bisa diperoleh dari berbagai sumber. Di antaranya bisa pembelian langsung dari pasar ternak, impor dari luar negeri, atau pembibitan sendiri. Upaya melakukan pembibitan sendiri merupakan hal yang cukup rumit, meskipun demikian bukan hal yang tidak mungkin. Pembibitan merupakan usaha yang padat modal membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga tanpa penanganan yang serius bisa mendatangkan kerugian yang cukup banyak. Kemungkinan hal inilah yang akan ditakutkan. Akibatnya, sampai saat ini sapi bakalan belum ada yang dipasok dari perusahaan pembibitan. Padahal, jika sudah berhasil, suatu usaha pembibitan akan mendatangkan keuntungan yang cukup besar.
Kriteria Sapi Bakalan yang dapat digemukkan
1. Jenis Kelamin
Usaha penggemukan sapi potong biasanya membutuhkan sapi jantan untuk digemukkan selama 3-4 bulan. Alasannya, pada umumnya sapi jantan memiliki pertambahan berat badan harian yang lebih tinggi dari pada betina. Di samping itu, ada peraturan yang melarang tentang pemotongan hewan betina yang produktif.
2. Umur.
Sapi, seperti hewan lainnya, memiliki fase-fase dalam pertumbuhannya, yaitu fase pertumbuhan tulang, pertumbuhan jaringan otot (daging), dan pertumbuhan lemak. Secara umum, fase pertumbuhan tulang dimulai sejak lahir sampai berumur dua tahun. Fase pertumbuhan jaringan otot juga mulai terjadi sejak lahir, tetapi mencapai puncaknya pada umur 2-2,5 tahun. Setelah itu, pertumbuhan jaringan otot masih berlangsung, tetapi lajunya mulai menurun.
Berdasarkan gambaran di atas, sapi bakalan yang akan digemukkan dipilih dari sapi-sapi yang masih berumur 2-2,5 tahun. Selain pertumbuhan ternak mencapai tingkat optimum, efiesinsi terhadap pakan cukup tinggi
3. Penampilan Fisik
Secara umum, kriteria penampilan fisik sapi bakalan adalah sebagai berikut :
Badan sehat, yang diinginkan dengan sorot mata tajam, tidak kuyu, dan tidak terdapat kerusakan atau luka di bagian tubuhnya. Selain itu, kulitnya halus dan tidak bersisik
Bentuk tubuhnya proporsional, dalam posisi berdiri bagian punggung lurus, dan tubuhnya tidak cacat
Adakalanya, di pasar hewan kita menemui sapi-sapi yang terlihat masih muda, tetapi perumbuhannya tidak normal dan berat badannya lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata sapi-sapi seusianya. Sebetulnya,sapi-sapi seperti inilah yang justru sangat cepat pertumbuhannya.
2.2.3. Pakan
Usaha ternak sapi potong yang efisien dan ekonomis bisa menjadi kenyataan bila tuntutan hidup mereka terpenuhi. Salah satu tuntutan hidup sapi yang utama adalah kebutuhan pakan, di samping itu kebutuhan oksigen dan sebagainya. Dengan adanya pakan, tubuh hewan akan mampu bertahan dan kesehatan terjamin.
Dalam penggemukan sapi, pakan yang dibutuhkan adalah konsentrat, hijauan dan air. dimana jumlah pakan dan zat gizi yang diberikan sesuai dengan umur jenis, bangsa dan iklim setempat.
2.3. Penggemukan Dengan Pola Inti Plasma
Penggemukan sapi dengan Pola Inti Plasma adalah suatu penggemukan sapi dimana perusahaan Inti memberikan 10 % dari jumlah sapi yang dimilikinya kepada masyakat yang dipercayainya. Kebutuhan penggemukan kecuali kandang semuanya ditanggung oleh Inti perusahaan dan penjualan ternak juga termasuk dalam tanggung jawab perusahaan Inti.
2.3.1. Organisasi dan Pola Kerja Inti Plasma
Agar terciptanya hubungan yang baik dan harmonis antara perusahaan Inti dengan Plasma maka ada beberapa hal yang harus dilakukan :
1. Hal-Hal Dasar yang Penting
Ada beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh unit-unit Plasma, agar usulan rencana Pola Inti- Plasma bisa berhasil. Kalau kriteria ini tidak bisa dipenuhi maka rencana kerja ini tidak perlu dilanjutkan dan seharusnya meminta dispensasi kepada Direkturat Jendral Peternakan untuk pembangunan Plasma.
ü Menaruh kepercayaan pada petani : Para petani atau pihak yang bekerjasama dengannya harus mempunyai suatu penilaian persetujuan kredit yang memuaskan apabila mereka menginginkan kerjasama dari pihak bank.
ü Para petani harus bersedia bekerja secara kelompok: Para petani Plasma harus menyetujui untuk bekerja secara berkelompok dan untuk praktisnya harus tinggal dekat dengan kandang Plasma. Perusahaan Inti tidak dapat mengantarkan konsentrat kepada masing-masing petani karena ekonomis. Dan sapi-sapi akan lebih baik bila dikandangkan secara bersama-sama supaya tidak mengalami stres
ü Lokasi kandang penggemukan harus tidak menggangu lingkungan.
ü Infrastruktur seperti sarana transportasi harus ada.
2. Tanggung Jawab Para Petani.
Para petani Plasma setuju mengikuti segala petunjuk Inti dalam hal penggemukan sapi
Ø Mengikuti instruksi dari Inti dalam hal mengelola Plasma. Bersedia bekerja dalam kelompok terutama dalam keadaan diamana petani sebagai pemilik bergabung dalam suatu kelompok.
Ø Plasma bersedia bekerja sama secara berkelompok, seperti membangun kandang, menanam hijauan. Para petani bersedia menyediakan tenaga kerja untuk memberi makan dan memlihara sapi termasuk keamanan, dengan melakukan kerja kelompok sekitar 2-3 orang maka pekerjaan akan terasa ringan.
Ø Plasma harus memberi laporan kepada Inti setiap ada masalah besar seperti sapi mati atau sakit.
3. Tanggung Jawab Inti
v Urusan biaya, karantina, sapi Plasma dan seleksi sapi yang baik.
v Bila dianggap perlu membantu Plasma dalam pengaturan keuangan.
v Pengangkutan sapi dan pakan konsentrat ke Plasma dan sapi dari Plasma ke pasar.
v Pembagian keuntungan antara Inti dan Plasma. Pembagian keuntungan tergantung dari besarnya dana yang telah dikeluarkan oleh Inti dan oleh para petani Plasma serta sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh kedua belah pihak.
Gambar 3. Struktur Organisisasi PIR Penggemukan Sapi Potong
Dinas Peternakan
Tingkat I
Dinas Peternakan
Tingkat II
Petugas Dari
Feedlotter
Petugas Peternakan Kecamatan
KUD
Peternak Plasma PIR Penggemukan
2.3.2. Fasilitas Kandang Dalam Penggemukan
Agar penggemukkan sapi dapat berjalan lancar dalam penggemukan Pola Inti Plasma, maka hal-hal yang harus dipenuhi pada fasilitas kandang adalah :
Kebutuhan Utama
Sumber air
Luas kandang harus cukup minimum 3 m2, tetapi dalam praktek 4 m2 ( kalau beton)
Kalau tidak beton minimum luas kandang 10 m2 perekor
Kemiringan ( lokasi sedikit menurun dengan kemiringan tertentu)
Sumber makanan hijauan dekat kandang (Rumput gaja, king grass dan lain-lain)
Ruang dan ventilasi
Fasilitas Tambahan
Tempat untuk bongkar muatan sapi
Kandang paksa
Gang jepit
Lokasi timbangan
Tempat makan
Bak air
Gudang untuk konsentrat.
2.3.3. Seleksi Sapi Bakalan
Sebelum sapi diserahkan kepada petani Plasma, maka perusahaan Inti harus memberikan sapi yang memenuhi standar untuk digemukkan oleh petani Plasma, kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kandungan darah bos Indicus 60 %
Daerah-daerah beriklim sedang, sapi berdarah bos Taurus cocok untuk digemukkan. Di daerah beriklim panas dibutuhkan sapi berdarah bos Indicus. Tanpa darah bos indicus sapi akan banyak mengalami stres dan tidak mencapai pertambahan berat badan normal. Di Indonesia karena rata-rata beriklim panas maka sapi yang cocok adalah sapi berdarah bos Indicus
2. Berat badan 350 kg
Berat badan sapi saat di import harus sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan. Plasma akan menerima sapi yang telah di karantina selama 14 hari dengan rata-rata kenaikan berat 14 kg dengan berat awal minimal 350 kg.
3. Jenis kelamin
Pilihlah sapi jantan yang sudah dikebiri. Pada berat badan yang sama tukang jagal (RPH) lebih memilih sapi jantan daripada memilih sapi betina karena sapi jantan memberikan persentase daging yang lebih baik. Pertumbuhan sapi-sapi betina lebih cepat tetapi akan lebih banyak membentuk lemak dibawah kulit yang harus dipotong dan dibuang sebelum dijual oleh jagal.
4. Sapi tanpa tanduk
Pilihlah sapi yang tidak bertanduk. Sapi-sapi bertanduk hanya akan mengakibatkan luka-luka dan memar.
5. Kesehatan.
Jangan memberikan sapi yang mempunyai luka, bengkak, memar atau sapi yang pincang.
6. Berperangai baik
Jangan memilih sapi liar atau sapi sudah dikebiri tetapi masih menaiki sapi lain ( Rumpers) sebab tindakan ini bisa menimbulkan memar pada sapi yang ditunggangi.
7. umur antara 18 hingga 30 bulan
Sapi dengan kisaran umur 18 hingga 30 bulan mudah memberi angka konversi makanan yang lebih baik.
8. Kondisi badan
Sapi yang cocok untuk digemukkan lebih tergantung kepada berat badan dan kondisi badan. Sistem yang dianut untuk menentukan skor ketebalan lemak badan berkisar antara angka 1 sampai 4 dan dilkukan dengan tekanan ibu jari pada sapi di daerahh atas iga pendek dan pada pangkal ekor.
2.3.4. Kebutuhan Air
a. Kuantitas Air
Tempat air minum berukuran 2- 2,5 m panjang, cukup untuk memberi minum 150 ekor. Sapi membutuhkan kira-kira 40 liter air untuk minum dalam satu hari, tergantung dari berat badan sapi. Kebutuhan maksimum ialah 1 leter per 10 kg berat badan ( biasanya 10 % dari berat badan). Sapi jantan dikebiri berat 350 kg dapat mengkonsumsi 50 liter air pada waktu panas. Konsumsi air juga tergantung dari jenis makanan.
b. Kebersihan air.
Untuk menjaga kebersihan bak air maka secara rutin membersihkan bak air, maka dari hal itu dibutuhkan banyak air, kegiatan ini sebaiknya dilakukan dua kali dalam satu minggu. Hindari bahan pakan masuk kedalam bak sebab kalau banyak pakan yang masuk ke dalam bak penampung akan menyebabkan bak penampungan air berjamuran.
Apabila tempat-tempat minum ini terletak di temapat yang teduh dan mudah diisi air, maka harus ada tanki besar yang gampang diisi. Dengan demikian tempat minum tidak terlalu dalam agar mudah dalam membersihkannya.
2.3.5. Jumlah Kebutuhan dan Zat Makanan
a. Jumlah Makanan yang Dibutuhkan
Sapi mengkonsumsi sekitar 2,5 % bahan kering dari berat badan sapi. Dengan meningkatnya berat badan sapi maka jumlah bahan pakan semakin banyak pula. Harga konsentrat cukup mahal, sehingga dibutuhkan kehati-hatiannya dalam menentukan jumlah makanan yang diberikan.
b. Zat Makanan yang Dibutuhkan
Mutu suatu ransum sangat tergantung dari jumlah dan keseimbangan zat-zat makanan yang dapat dicerna yang terkandung di dalam ransum. Konsentrat yang baik adalah 70 % dari jumlah energi yang terdapat di dalam bahan kering dapt dicerna, zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh ternak adalah :
v Energi dan lemak
v Protein
v Mineral dan Vitamin
v Serat kasar
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktek Kerja Pengalaman Mahasiswa (PKPM) ini berlangsung pada tanggal 5 April sampai dengan 6 Mei 2008. Yang berada di lokasi peternakan sapi potong PT. Kadila Lesatari Jaya, Cijapati Bandung Jawa Barat.
3.2. Alat dan Bahan
Dalam pemeliharaan penggemukan sapi potong di PT. Kadila Lesatari Jaya alat dan bahan yang digunakan sehari-hari adalah :
v Konsentrat
v Hijauan
v Ampas bir
v Air
v Timbangan
v Karung
v Sekop
v Colt diesel
v Gerobak
v Keranjang rumput
3.3. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktek kerja lapang adalah praktek dengan kerja langsung di lapangan dan pengumpulan data. Kegiatan dilapangan meliputi kegiatan rutin di peternakan PT. Kadila Lestari Jaya Cijapati Bandung Jawa Barat dengan pelaksanaan yang sudah diterapkan setiap harinya, yaitu pemberian pakan, pembersihan kandang pengolahan pakan dan lain-lain.
Metode yang dilakukan dalam Praktek Kerja Pengalaman Mahasiswa, Mahasiswa melakukan kegiatan mengikuti Prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan, prosedur tersebut adalah :
· Minggu pertama pada unit ternak (Feedlot)
· Minggu kedua Pada pengolahan konsentrat/pakan (feedmil)
· Minggu ketiga pada unit kesehatan hewan (keswan)
· Minggu keempat pada pengolahan limbah (tapos)
Sedangkan metode yang dilakukan dalam Praktek Kerja Pengalaman Mahasiswa untuk di Plasma adalah :
· Pengumpulan data primer dan,
· Pengumpulan data sekunder.
3.3.1. Pengumpulan Data Primer
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data primer ini adalah Mahasiswa langsung terjun ke penggemukan Plasma dan mengikuti apa yang diinstruksikan oleh Supervisor lapangan, hal-hal yang dilakukan adalah pelaksanaan kegiatan rutin harian dan pelaksanaan rutin mingguan.
A. Kegiatan Rutin Harian.
Jadwal kegiatan yang rutin dilakukan setiap hari di Plasma adalah sebagai berikut
a. Pukul 08-09.00 mendistribusikan bahan pakan berupa konsentrat dari gudang pakan di perusahaan Inti ke kelopok-kelompok tani Plasma. Alat yang digunakan dalam pengangkutan konsentrat ini adalah mobil truk satu buah.
b. Pukul 09.00-10.00 pendistribusian bahan pakan berupa hijauan ke kelompok petani Plasma
c. Pukul 13.00-14.00 juga dilakukan pendistribusian bahan pakan konsentrat kembali ke kelompok-kelompok Plasma.
d. Dan pukul 15.00 - sampai selesai, dilakukan pendistribusian hijauan untuk pakan sore hari.
B. Kegiatan Rutin Mingguan
Pada kelompok kegiatan mingguan ini, seluruh kelompok petani Plasma dikumpulkan pada hari Minggu di dalam suatu ruangan milik Plasma (Aula), disini kegiatan-kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan tentang peternakan, masalah dan kendalah yang dihadapi kelompok petani Plasma terhadap ternaknya, dan manajemen pembinaan keluarga petani Plasma.
Dalam kegiatan rutin mingguan ini, yang telah dilakukan dan nampak keseharian yang diterapkan masyarakat petani Plasma adalah tentang penerapan penyuluhan peternakan, yaitu pembuatan biogas untuk sekala ruma tangga. Mereka telah membuat biogas untuk ruma tangga mereka masing-masing dan kini meraka benar-benar menggantikan bahan bakar dari Pertamina beralih kelimbah peternakan Plasma.
Juga yang telah berhasil adalah mereka berani mengungkapkan masalah apa yang terjadi pada Plasma, seperti maslah penyakit sapi, sapi tidak mau makan dan masalah pengolahan limbah dan yang lainnya. Dari segi manajemen pembinaan keluarga mereka ditugaskan untuk membuat koperasi kelompok Plasma yang berupa koperasi simpan pinjam.
3.3.1. Pengumpulan Data Sekunder
Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data sekunder ini adalah Mahasiswa mengupulkan data-data Plasma yang tidak dikerjakan dan tidak didapati sewaktu Praktek Kerja Pengalaman Mahasiswa, untuk diolah dan dianalisa. Data-data yang dicari pada pengumpulan data sekunder adalah: berat awal sapi, berat akhir sapi, PBB/hari, jumlah pakan yang dihabiskan, konversi ransum dan Efisiensi Penggunaan Pakan (EPP).
3.4. Parameter
Tolok ukur keberhasilan yang diharapkan pada kelompok petani Plasma ini adalah tercapainya pertambahan bobot badan harian pada penggemukan sapi yang dipeliharanya masing-masing kelompok sesuai dengan standar. Standar yang menjadi patokan disini adalah apabila ADG perhari mendekati 1.0 atau lebih hal ini kalau tidak tercapai maka keuntungan bagi petani Plasma sangat sedikit bahkan rugi.
Juga yang menjadi patokan keberhasilan dalam Plasma ini adalah terciptanya kesejahteraan keluarga. Keluarga menjadi sejahtera dan mandiri dalam berbagai bidang kegiatan, baik ekonomi, sosial dan politik sebab selain memberikan materi berupa mata pencaharian, pihak perusahaan Kadila lestari Jaya memberikan sebua pendidikan melalui binaan mingguan kelompok petani Plasma.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
PT. Kadila Lestari Jaya mempunyai penggemukan sapi Pola Inti Plasma, dimana pada saat ini perusahaan telah memberikan sapi untuk digemukkan kepada peternak Plasma sebanyak 415 ekor dengan jumlah kelompok Plasma sebanyak 35 kelompok. Bangsa sapi yang diberikan untuk kelompok Plasma untuk digemukkan adalah Brahman Cross yang dara (Hfr BX). Dari hasil penggemukkan sapi Brahman Cross yang dilakukan oleh peternak plasma didapatkan rata-rata pertambahan berat badan hariannya (ADG) adalah 1,1 kg. Nama kelompok peternak plasma , Average Daily Gein (ADG), pakan yang dihabiskan dan berat akhir pemeliharaan ( panen ) pada pemeliharaan sapi Pola Inti Plasma PT. Kadila Lestari Jaya dapat dilihat pada Tabel 2 .
Tabel 2. Berat Badan Sapi Brahman Cross, ADG, Konsumsi Ransum Peternak Plasma
No
Nama Kelompok
Jumlah Sapi
Berat Awal
Berat Panen
DOF
ADG
Total CF kg
CF Harian
1
H.Apud 1
8
2.303
3.033
90
1,01
10.706
14,87
2
H.Apud 2
18
4.865
6.524
90
1.02
25.532
15,76
3
Ibu Lilis
14
3.863
5.017
90
0.91
18.038
14.32
4
Dilar
13
3.664
4.732
90
0.91
18837
1610
5
Deden
12
3.424
4.545
90
1.04
17.641
16.33
6
Tayat
12
3.496
4.561
90
0.98
16.092
14.90
7
Tarpu
10
2.450
3.334
90
0.98
12815
14,24
8
Idi
12
2.782
3.898
90
1.03
15.380
14.24
9
Soma
10
2.288
3.176
90
0.98
15.635
17,39
10
Irin
9
2.596
3.269
90
0,83
10.140
12,54
11
Ceme 1
9
2.029
2.762
90
0.97
9.578
11,82
12
Induk
14
3.476
4.692
90
0,96
17.944
14,24
13
Kiki1
17
4.136
5.866
90
1.13
22.408
14,65
14
Kiki 2
18
4.143
6.020
90
1,15
23.780
14.68
15
Kiki 3
10
4.773
6.410
90
0.94
27.730
15.41
16
Bumdes 1
25
7.044
9.184
90
0.98
34.514
15.34
17
Bumdes 2
10
2.849
3.769
90
1.02
13.197
14.66
No
Nama Kelompok
Jumlah Sapi
Berat Awal
Berat Panen
DOF
ADG
Total CF kg
CF Harian
18
Nanang
11
3.162
4.037
90
0.88
14.396
14.54
19
Entoh
13
3.770
5.062
90
1.1
17.369
14.85
20
Ceme 2
7
2.097
2.959
90
1,36
10.230
16.24
21
Iro
9
2.577
3.424
90
1,04
11.258
13,90
22
Damu
12
3.432
4.676
90
1,15
17,584
16,28
23
H. Salim
13
3.779
5.130
90
1,15
17.723
15.15
24
Asep
8
2.337
3.075
90
1,02
10.824
15.03
25
Eden.S
7
1.964
2.265
90
1,1
10.385
16,48
26
Kanda
10
2.592
3.454
90
0,95
13.620
15.13
27
Pepe
7
1.876
2.568
90
1,09
10,268
16,33
28
Kahmud
9
1.876
3.294
90
1.03
13.060
16,12
29
Rohanda
10
2.703
3.662
90
1,06
14.886
16,54
30
Mahri
8
1.919
2.654
90
1,02
10,260
14,25
31
Adang
13
3.514
4.913
90
1.19
18.923
16,17
32
H.Makmu
10
2.547
3.597
90
1.16
14.171
15,75
33
H.Taryana
18
5,089
6.785
90
1,04
26.007
16,05
34
Isro
8
2.101
2.812
90
0.98
10.141
14,08
35
Udir
11
3.070
4.293
90
1,23
17.410
17,59
Jumlah
415
111164
149852
568519
Laporan Hasil Panen Sapi Plasma 2007
Sedangkan pertambahan bobot badan pada bangsa sapi yang sama , untuk perusahaan Inti pada perusahaan Kadila lestari Jaya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Pertambahan Berat Badan Untuk Penggemukan Inti Perusahaan
No
Bangsa
Jenis
Berat awal
Berat akhir
DOF
PBB/90Hari
ADG
1
Bx
Heifer
298
379
90
81
0,90
2
Bx
Heifer
299
391
90
92
1,02
3
Bx
Heifer
290
383
90
93
1,03
4
Bx
Heifer
306
404
90
98
1,09
5
Bx
Heifer
315
424
90
109
1,21
6
Bx
Heifer
294
403
90
109
1,21
7
Bx
Heifer
269
379
90
110
1,22
8
Bx
Heifer
305
416
90
111
1,23
9
Bx
Heifer
316
431
90
115
1,28
10
Bx
Heifer
277
395
90
118
1,31
11
Bx
Heifer
274
397
90
123
1,37
12
Bx
Heifer
276
400
90
124
1,38
13
Bx
Heifer
291
418
90
127
1,41
14
Bx
Heifer
146
377
90
131
1,45
15
Bx
Heifer
295
431
90
136
1,51
16
Bx
Heifer
307
446
90
139
1,54
No
Bangsa
Jenis
Berat awal
Berat akhir
DOF
PBB/90Hari
ADG
17
Bx
Heifer
284
429
90
145
1,61
18
Bx
Heifer
271
426
90
155
1,72
19
Bx
Heifer
306
453
90
147
1,63
20
Bx
Heifer
299
449
90
150
1,67
21
Bx
Heifer
317
470
90
153
1,70
4.2. Pembahasan
4.2.1. Prestasi ADG (Average Daily Gain)/ Kenaikan Berat Badan Harian
Berdasarkan Tabel nomor 3 dan 4 pertambahan berat badan harian antara perusahaan Inti dengan Plasma terdapat perbedaan, dimana pertambahan berat badan harian (ADG) pada perusahaan Inti adalah 1,35 kg/hari sedangkan pada kelompok peternak Plasma adalah 1,1 kg/hari. Perbedaan dari pertambahan berat badan harian (ADG) pada perusahaan Inti dengan peternak plasma dengan metode pemeliharan yang sama hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah :
1. Pada perusahaan Inti pakannya diberi ampas bir sebanyak 1 kg/hari, sedangkan pada Plasma sama sekali tidak diberi ampas bir, hal ini disebabkan oleh kurangnya persediaan ampas bir, padahal ampas bir menandung TDN 65%, PK 25% dan BK 22%
2. Pada perusahaan Inti setiap kandang satu kandang diawasi satu orang Supervisor, sedangkan pada Plasma tidak ada Supervisor kandang yang menjaga setiap hari
Lamanya penggemukan pada PT . Kardila Lestari dan peternak Plasma adalah 90 hari, seperti yang tertera pada Tabel 2 dan 3, akan tetapi patokan lama penggemukan ini tidak baku, tergantung pada kondisi sapi, mutu dan kualitas pakan, jenis dan bangsa serta jenis kelamin dan kondisi pasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi (1995) , bahwa lama pemeliharaan waktu penggemukkan bukan merupakan sesuatu patokan yang bersifat mutlak, karena faktor ekonomi (situasi persediaan pakan dan permintaan konsumen) dapat mengubah patokan lamanya pemeliharaan. Ditambahkan oleh Sugeng (2000), bahwa lama penggemukaan pada setiap sistem penggemukan berbeda-beda tergantung pada umur sapi, mutu dan kualitas pakan dan jenis atau bangsa sapi dan jenis kelamin.
Dari Tabel 2 dan 3 terlihat dengan pemberian konsentrat 80% dengan hijauan 20% didapatkan ADG nya 1.35 pada perusahaan inti dan ADG 1.1 pada peternak Plasma.
4.2.2. Analisa Finansial Peternakan Plasma
Pada perusahaan penggemukan sapi potong Kadila Lestari Jaya, Plasma yang didirikannya merupakan tanggung jawab dari perusahaan baik itu penyediaan bakalan, pakan dan kesehatan. Yang bukan termasuk tanggung jawab perusahaan adalah kandang. Bahan pakan ( konsentrat dan hijauan) dijual perusahaan kepada Plasma dengan harga 720/kg subsidi Rp.100 jadi harga pakan 620.
Sedangkan harga bakalan dijual kepada Plasma dengan harga Rp.16.900/kg dan dibeli lagi dari Plasma seharga 16.500/kg. Tujuan dari sistem ini adalah untuk mengatasi kendala-kendala yang tidak diinginkan seperti sapi mati akibat penyakit yang bukan kesalahan peternak Plasma Sehingga untuk membeli kembali sapi tidak mengambil uang kas perusahaan Inti.
ANALISA PENDAPATAN KELOMPOK PLASMA
Tabel 4. Data Harga Pakan, Harga Beli Bakalan, Harga Panen Dan Lama Pemeliharaan.
No
Keterangan
Satuan
Harga/Satuan (Rp)
1
Harga pakan(hijauan + konsentrat)
Kg
620
2
Harga sapi bakalan
Kg
16.900
3
Harga sapi panen
Kg
16.500
Tabel 5. Analisa Pendapatan Pelasma
No
N.kelompok
B.awal
B.akhir
kunsumsi
By.Pakan
By.Bakalan
Harga panen
Pendapatan
Pdptn/Harian
1
H.Apud 1
2,303
3,033
10,706
6,637,720
38,920,700
50,044,500
4,486,080
49,845
2
H.Apud 2
4,865
6,524
25,532
15,829,840
82,218,500
107,646,000
9,597,660
106,641
3
Ibu lilis
3,863
5,017
18,038
11,183,560
65,284,700
82,780,500
6,312,240
70,136
4
Dilar
3,664
4,732
18,837
11,678,940
61,921,600
78,078,000
4,477,460
49,750
5
Deden
3,423
4,545
17,641
10,937,420
57,848,700
74,992,500
6,206,380
68,960
6
Tayat
3,496
4,561
16,092
9,977,040
59,082,400
75,256,500
6,197,060
68,856
7
Tarfu
2,450
3,334
12,815
7,945,300
41,405,000
55,011,000
5,660,700
62,897
8
Idi
2,782
3,898
15,380
9,535,600
47,015,800
64,317,000
7,765,600
86,284
9
Soma
2,288
3,176
15,654
9,705,480
38,667,200
52,404,000
4,031,320
44,792
10
Irin
2,596
3,269
10,140
6,286,800
43,872,400
53,938,500
3,779,300
41,992
11
Ceme 1
2,029
2,764
9,578
5,938,360
34,290,100
45,606,000
5,377,540
59,750
12
Induk
3,476
4,692
17,944
11,125,280
58,744,400
77,418,000
7,548,320
83,870
13
Kiki1
4,136
5,866
22,408
13,892,960
69,898,400
96,789,000
12,997,640
144,418
14
kiki 2
4,143
6,020
23,780
14,743,600
70,016,700
99,330,000
14,569,700
161,886
15
kiki 3
4,773
6,410
27,730
17,192,600
80,663,700
105,765,000
7,908,700
87,874
16
Bumdes 1
7,044
9,184
34,514
21,398,680
119,043,600
151,536,000
11,093,720
123,264
17
Bumdes 2
2,849
3,769
13,197
8,182,140
48,148,100
62,188,500
5,858,260
65,092
No
N.kelompok
B.awal
B.akhir
kunsumsi
By.Pakan
By.Bakalan
Harga panen
Pendapatan
Pdptn/Harian
18
Nanang
3,162
4,037
1,439
892,180
53,437,800
66,610,500
12,280,520
136,450
19
Entoh
3,770
5,067
17,369
10,768,780
63,713,000
83,605,500
9,123,720
101,375
20
Ceme2
2,097
2,959
10,230
6,342,600
35,439,300
48,823,500
7,041,600
78,240
21
Iro
2,577
3,424
11,258
6,979,960
43,551,300
56,496,000
5,964,740
66,275
22
H.Salim
3,779
5,130
17,723
10,988,260
63,865,100
84,645,000
9,791,640
108,796
23
Damu
3,432
4,674
17,548
10,879,760
58,000,800
77,121,000
8,240,440
91,560
24
Asep
2,337
3,075
10,824
6,710,880
39,495,300
50,737,500
4,531,320
50,348
25
Eden.S
1,964
2,657
10,385
6,438,700
33,191,600
43,840,500
4,210,200
46,780
26
Kanda
2,592
3,454
13,620
8,444,400
43,804,800
56,991,000
4,741,800
52,687
27
Pepe
1,876
2,568
10,268
6,366,160
31,704,400
42,372,000
4,301,440
47,794
28
Kahmud
2,454
3,294
13,060
8,097,200
41,472,600
54,351,000
4,781,200
53,124
29
Rohanda
2,704
3,662
14,886
9,229,320
45,697,600
60,423,000
5,496,080
61,068
30
Mahri
1,919
2,657
10,260
6,361,200
32,431,100
43,840,500
5,048,200
56,091
31
Adang
3,514
4,913
18,926
11,734,120
59,386,600
81,064,500
9,943,780
110,486
32
H.Makmun
2,547
3,597
14,171
8,786,020
43,044,300
59,350,500
7,520,180
83,558
33
H.Taryana
5,089
6,785
26,007
16,124,340
86,004,100
111,952,500
9,824,060
109,156
34
Isro
2,101
2,812
10,141
6,287,420
35,506,900
46,398,000
4,603,680
51,152
35
Udir
3,070
4,293
17,410
10,794,200
51,883,000
70,834,500
8,157,300
90,637
Dari tabel analisa pendapatan masyarakat Plasma di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan masyarakat petani Plasma rata-rata diatas Upah Minimun Relatif (UMR). Dimana UMR kini untuk wilayah bandung dan sekitarnya Rp.30.000/hari, sedangkan penghasilan petani yang tertera pada Tabel. 5 diatas Rp.40.000. disamping pekerjaan
4.2.3. Analisa Konversi Pakan Untuk Peternak Plasma
Konversi pakan merupakan perbandingan antara berat kering pakan yang dikonsumsi berbanding dengan pertambahan berat badan persatuan waktu.
KP = Konsumsi Pakan Dalam Bahan Kering (BK)
Pertambahan Berat Badan
Sedangkan bahan pakan yang digunakan dalam penggemukan sapi Plasma Kadila Lestari Jaya ada 2 macam, yaitu konsentrat dan hijauan. Konsentrat terdiri dari berbagai bahan penyusun diantaranya adalah kulit kopi, dedak, Rumput laut, onggok, tongkol jagung, bungkil kedelai, bungkil kelapa dan bahan mineral yang lainnya. Sedangkan hijauan yang digunakan adalah rumput raja dan jerami jagung, dimana kandungan bahan keringnya adalah 28% (analisa labor KLJ No 0119801005052008). Perbandingan pemberian antara konsentrat degan hijauan adalah 80%:20%, perbandingan ini berdasarkan berat bahan pakan. Kemampuan. Untuk mengetahui konversi pakan, berat kering hijauan dan jumlah bahan kering yang dihabiskan ternak dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini.
Tabel 6. Jumlah Pakan Segar, Berat Kering yang Dihabiskan dan Konversi pakan.
No
Nama Kelompok
J. Sapi
J.Pkn.
Hbs(kg)
BK Hijauan (kg)
J.BK (kg)
ADG
Konsumsi BK/H/Ekor
KP
1
H.Apud 1
8
10,706
600
9,164
1.01
12.73
12.6
2
H.Apud 2
18
25,532
1,430
21,855
1.02
13.49
13.2
3
Ibu lilis
14
18,038
1,010
15,441
0.92
12.25
13.4
4
Dilar
13
18,837
1,055
16,124
0.91
13.78
15.1
5
Deden
12
17,641
988
15,101
1.04
13.98
13.5
6
Tayat
12
16,092
901
13,775
0.99
12.75
12.9
7
Tarfu
10
12,815
718
10,970
0.98
12.19
12.4
8
Idi
12
15,380
861
13,165
1.03
12.19
11.8
9
Soma
10
15,654
877
13,400
0.99
14.89
15.1
10
Irin
9
10,140
568
8,680
0.83
10.72
12.9
11
Ceme 1
9
9,578
536
8,199
0.91
10.12
11.2
12
Induk
14
17,944
1,005
15,360
0.97
12.19
12.6
13
Kiki1
17
22,408
1,255
19,181
1.13
12.54
11.1
14
kiki 2
18
23,780
1,332
20,356
1.16
12.57
10.8
15
kiki 3
10
27,730
1,553
23,737
1.82
26.37
14.5
16
Bumdes 1
25
34,514
1,933
29,544
0.95
13.13
13.8
17
Bumdes 2
10
13,197
739
11,297
1.02
12.55
12.3
18
Nanang
11
14,396
806
12,323
0.88
12.45
14.1
19
Entoh
13
17,369
973
14,868
1.11
12.71
11.5
20
Ceme2
7
10,230
573
8,757
1.37
13.90
10.2
21
Iro
9
11,258
630
9,637
1.05
11.90
11.4
22
H.Salim
12
17,723
992
15,171
1.25
14.05
11.2
23
Damu
13
17,548
983
15,021
1.06
12.84
12.1
24
Asep
8
10,824
606
9,265
1.03
12.87
12.6
25
Eden.S
7
10,385
582
8,890
1.10
14.11
12.8
26
Kanda
10
13,620
763
11,659
0.96
12.95
13.5
27
Pepe
7
10,268
575
8,789
1.10
13.95
12.7
28
Kahmud
9
13,060
731
11,179
1.04
13.80
13.3
29
Rohanda
10
14,886
834
12,742
1.06
14.16
13.3
30
Mahri
8
10,260
575
8,783
1.03
12.20
11.9
31
Adang
13
18,926
1,060
16,201
1.20
13.85
11.6
32
H.Makmun
10
14,171
794
12,130
1.17
13.48
11.6
33
H.Taryana
18
26,007
1,456
22,262
1.05
13.74
13.1
34
Isro
8
10,141
568
8,681
0.99
12.06
12.2
35
Udir
11
17,410
975
14,903
1.24
15.05
12.2
Keterangan :
J.Sapi : Jumlah Sapi Kelmpok
J.Pkn.Hbs : Jumlah Pakan yang Dihabiskan Setiap Kelompok
BK Hijauan : Bahan Kering Hijauan yang Dihabiskan
J.BK. : Jumlah BK Pakan yang Dihabiskan Selama Penggemukan
ADG : Pertambahan Bobot Badan Harian
Kons.BK/H/e : Konsumsi BK/Hari/Ekor
KP/kg : Konversi Pakan dalam kg
Berdasarkan kenaikan berat badan dan kemampuan mengkonsumsi pakan terlihat pada Tabel. 6 bahwa sapi mempunyai pertambahan berat badan yang tinggi memiliki konversi pakan yang baik yaitu sapi pada kelompok Ceme 2 yaitu dengan pertambahan bobot badan 1,37 maka konversi ransumnya adalah 10,2. Ini artinya untuk mendapatkan daging satu kg dibutuhkan bahan kering pakan sebanyak 10,2 kg. Hal ini sesuai dengan pendapat Bogart (1959), bahwa semakin rendah nilai konversi pakan maka semakin efisien ternak mengubah pakan yang dikonsumsi. Pada penggemukan sapi Plasma Kadila Lestari Jaya konversi pakan perekor rata-rata 13,39.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Praktek Kerja Pengalaman Mahasiswa (PKPM) dengan judul PENGGEMUKAN SAPI AUSTRALIA UNTUK PETERNAK DI SEKITAR PERUSAHAAN DENGAN POLA INTI PLASMA PADA PERUSAHAAN KADILA LESTARI JAYA CIJAPATI BANDUNG dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Dengan penggemukan sapi sistem Pola Inti Plasma dapat menciptakan lapangan kerja yang akan mengurangi pengangguran
2. Juga dengan adanya penggemukan sistem Pola Inti Plasma ini kita dapat membina masyarakat sehingga bisa mengarahkan kehidupan petani kearah yang lebih maju
5.2. Saran
1. Diharapkan kepada para pengusaha untuk membantu para yang ekonomi relatif lemah dengan cara penggemukan sapi Pola Inti Plasma, sebab disamping mendapatkan pengahasilan, juga para petani yang ekonomi lemah dapat terbantu.
2. Juga diharapkan kepada pengusaha apabila telah terbentuk petani Plasma jangan lupa memberikan pendidikan terhadap mereka.
Daftar Pustaka
Sugeng, Bambang. 2002. sapi potong. Penebar swadaya. Jakarta
Sarwono, B. 2005. penggemukan sapi potong secara cepat. Penebar swadaya. Jakarta
Abidin, Zainal. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lampiran 1
Dena kandang plasma pada perusahaan Kadila Leatari Jaya
Keterangan :
= Lokasi Plasma
= Perusahaan inti
= Pintu Gerbang
LAMPIRAN 2 foto kegiatan PKPM
1. konstruksi kandang plasma
2. Distribusi pakan ke kandang plasma
3. bahan pakan yang digunakan dalam penggemukan.
4. jenis sapi yang digemukkan di plasma
5. Kandang koloni pada perusahaan inti
6. Distribusi pakan pada perusahaan inti